Kamis, 28 November 2013

Proyeksi Makroekonomi Pada Tahun 2014 dan 2015



Kelompok
Ade Melisa                              (20212126)
Eva Nor Octania                      (22212575)
Indriyani Rachmawati               (28212419)
Ine Lettysia                              (23212728)
Malicha Aulia Zatalini                (24212401)
Kelas                                       SMAK06-3
PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2014-2015
Pada Sektor Pertambangan


Dalam hal memprediksi ekonomi makro pada sektor industri pertambangan, pasar-pasar yang dapat mempengaruhi pergerakan sektor pertambangan yaitu pasar uang, sektor rill, dan pasar tenaga kerja. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi 5 tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 4-6 persen. Dapat diketahui jika, pertumbuhan ekonomi meningkat dapat diindikasi bahwa sektor pertambangan mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunann yang disebabkan oleh krisis ekonomi pada tahun 2008. Berikut data pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000-2012:

Tahun
Pertumbuhan  Ekonomi
2000
4,92
2001
3,82
2002
4,37
2003
4,87
2004
4,76
2005
5,80
2006
5,51
2007
6,31
2008
6,03
2009
4,57
2010
6,10
2011
6,50
2012
6,30

Dari tabel di atas, dapat disimpulakan bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun 2000-2005 mengalami peningkatan. Dari tahun 2005-2008 pertumbuhan ekonomi stabil dan mengalami peningkatan secara perlahan. Pada tahun 2009 mengalami penurunan secara signifikan hingga 4,57 persen, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi di tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2010 hingga 2012 supply sektor-sektor industri di Indonesia meningkat, hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat.


  • ·         Pasar Uang
Pasar uang dipengaruhi oleh beberapa indikator seperti Pertumbuhan PDB, Inflasi IHK, Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga. Berikut adalah data Perkembangan Makroekonomi dari tahun 2000-2013:



Dari tabel diatas, pengaruh indikator dalam pasar uang seperti halnya pertumbuhan PDB, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga saling mempengaruhi satu sama lain. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun. Hubungan yang terjadi yaitu berbanding terbalik. Dapat dilihat pada tahun 2000-2001 inflasi yang naik, menyebabkan pertumbuhan PDB menurun, tetapi pada tahun 2002-2003 inflasi menurun sehingga pertumbuhan mengalami peningkatan. Lain halnya pada tahun 2004, hubungan yang terjadi adalah berbanding lurus.Hal ini dikarenakan adanya isu kenaikan bbm yang mendorong masyarakat untuk lebih konsumtif. Kecenderungan masyarakat untuk mengantisipasi kenaikan bbm yaitu dengan menimbun. Pada tahun 2005, terjadi inflasi yang meningkat secara signifikan yang mencapai angka 17,11 yang menyebabkan pertumbuhan PDB menurun. Pada tahun 2006 hingga 2007, tingkat inflasi kembali stabil sehingga pertumbuhan PDB pada sektor-sektor industri meningkat perlahan. Pada tahun 2008, terjadi krisis global yang berpengaruh peredaran uang di masyarakat meningkat yang dapat menurunkan produktivitas sektor-sektor industri mengalami penurunan.
Hubungan tingkat suku bunga dengan pertumbuhan PDB berbanding terbalik. Tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank sentral melalui bank-bank dengan menaikkan tingakat suku bunga deposit yang tinggi mendorong masyarakat untuk menabung, dengan kata lain sektor-sektor industry mengalami penurunan penawaran yang menyebabkan pertumbuhan PDB itu sendiri mengalami penurunan.

  • ·         Sektor Riil/Industri

Sektor industri dipengaruhi oleh kegiatan pasar uang. Seperti dijelaskan sebelumnya tingkat suku bunga dapat mempengaruhi permintaan atau penawaran dalam sektor riil. Berikut data pertumbuhan sektor-sektor ekonomi pada tahun 2000-2012:



Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari tahun 2001 ke 2002 tingkat suku bunga yang ditetapkan mengalami peningkatan sehingga masyarakat cenderung  menggunakan uangnya untuk konsumsi. Sehinngga pertumbuhan sektor ekonomi mengalami peningkatan. Lain halnya pada tahun 2003 tingkat suku bunga menurun sehingga masyarakat cenderung menabung uangnya. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan pada pertumbuhan ekonomi secara drastis dikarenakan tingkat suku bunga pada tahun tersebut rendah. Sehinnga masyarakat lebih konsumtif dan tidak tertarik untuk menabung. Pada tahun 2005, pertumbuhan disektor industri khususnya pertambangan mengalami penurunan karena inflasi yang melonjak secara signifikan. Pada tahun 2006-2012 tingkat suku bunga perlahan menurun sehingga dapat mendorong meningkatnya penawaran pada sektor industri.

  • Pasar Tenaga Kerja
Pergerakan pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh sektor riil, dimana penawaran pada sektopr riil menurun maka produktivitas pada tenaga kerja menurun begitu pula sebaliknya. Berikut data upah nominal tenaga kerja pada tahun 2000-2012:
Periode
Rata-Rata Upah Nominal
000


2000
1080.32

2001
1055.36

2002
1482.64

2003
2078.03

2004
1638.85

2005
2245.29

2006
2732.64

2007
3541.28

2008
2806.62

2009
3329.77

2010
3944.23

2011
4006.9

2012
3849.18


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 hingga 2004 rata-rata upah nominal mengalami penurunan yang cukup banyak dikarenakan adanya kenaikan bbm sehingga mempengaruhi pendapatan masyarakat. Pada tahun 2006 dan 2007 mengalami kenaikan upah nominal karena penawaran pada sektor riil juga meningkat yang menyebabkan produktifitas tenaga kerja juga meningkat. Dan pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan dikarenakan penawaran pada sektor riil pertambangan mengalami penurunan juga.
Proyeksi  Perekonomian 2014/2015



Analisi :
Jadi, berdasarkan data-data pada sektor pasar uang, sektor riil, tenaga kerja dapat di proyeksikan pada tahun 2014 akan terjadi kenaikan inflasi dan penurunan nilai tukar disebabkan oleh tuntutan para buruh untuk meminta kenaikan gaji. Dan pada tahun 2015 di proyeksikan akan terjadi penurunan inflasi dan kenaikan nilai tukar karena pada tahun 2015 akan diberlakukannya AFTA ( ASEAN FREE TRADE AREA).
Referensi






Comparative Advantage


Comparative Advantage Dari Indonesia

Nama Kelompok :



1.     Ade Melisa                                         20212126
2.     Eva Nor Octania                                 22212575
3.     Indriyani Rachmawati                          28212419
4.     Ine Lettysia                                       23212728
5.     Malicha Aulia Zatalini                          24212401


Kelas : SMAK06-3


Menurut Ricardo, setiap kelompok masyarakat atau Negara sebaiknya mengkhususkan diri untuk menghasilkan  produk-produk yang lebih efisien. Berdasarkan teori Ricardo, setiap Negara memiliki spesialis atau keunggulan dalam bidangnya masing-masing, seperti di Negara Vietnam spesialis penghasilnya adalah beras. Begitu juga di Negara Indonesia memiliki keunggulan dalam bidang tertentu..
Menurut kelompok kami, spesialis atau keunggulan dari Indonesia adalah kayu dan hasil olahannya. Dilihat dari bidang industri di Indonesia, industri kayu memiliki peluang dan potensi yang bisa dikembangkan. Negara Indonesia memiliki keunggulan komaratif yaitu tersedianya lahan yang luas yaitu 1.919.440 km², sehingga dapat menyediakan bahan baku kayu sebagai sumber daya alam dari hutan tanaman.
Menurut Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Dody Edward, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam kayu yang melimpah.  Hasil analisa yang dilakukan oleh Dapertemen Perindustrian pada tahun 2005 dalam mengukur daya saing terhadap industri yang sudah berkembang di Indonesia, menempatkan industri kayu atau mebel(furniture) kelompok industri yang dapat terus dikembangkan dimasa mendatang serta berpotensi untuk ekspor. Indonesia dikenal sebagai produsen kayu terbesar kedua didunia. Selain  hutan amazon di Brazil, Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia dan penyumbang oksigen (02).
Pada tanggal 30 September 2013, telah dilakukan pendatanganan Persetujuan Forest Law Enforcement Governance and Trade – Voluntary Partnership Agreement (FLEGT-VPA) oleh Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa (UE). Penandatanganan Persetujuan FLEGT-VPA berlangsung di Markas Besar UE di Brussels (Belgia) oleh Menteri Kehutanan RI,
Komisioner Lingkungan, dan Presidensi UE. Penandatanganan FLEGT-VPA ini merupakan hasil dari rangkaian panjang negosiasi antara RI-UE sejak Januari 2007.  Ada kepercayaan UE terhadap perbaikan tata-kelola kehutanan dan industri kehutanan yang dilakukan melalui pembangunan sebuah Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Penjaminan legalitas atas kayu dan produk kayu yang diperdagangkan dilakukan melalui instrumen SVLK.
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, sepanjang Januari-Agustus, ekspor produk kayu Indonesia, termasuk kayu lapis, kayu pertukangan, pulp dan kertas, mencapai 3,88 miliar dolar AS. Pasar Asia masih dominan dengan nilai ekspor mencapai 2,94 miliar dolar AS atau lebih dari 75% dari total nilai ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk kayu olahan Indonesia pada Januari sampaiMei 2013 meningkat 0,6% dibanding periode sama tahun lalu, yakni dari US$ Rp 1,4 miliar menjadi US$ 1,43 miliar. Tetapi, volumenya turun 3,3% akibat permintaan melambat, yakni dari 706 ribu ton menjadi 700 ribu ton.
Berdasarkan data ekspor, Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Kehutanan Dwi Sudharto menuturkan total nilai ekspor produk kayu pada 4 November 2013 telah mencapai US$5 miliar verifikasi legal (V-Legal). Adapun dari sisi volume, ekspor hasil kayu telah mencapai 6,59 juta ton. Nilai ekspor tersebut naik lebih dari 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai gambaran, nilai ekspor produk kayu Januari-Oktober 2012 mencapai US$4,2 miliar, sedangkan pada sepuluh bulan pertama 2013 nilainya mencapai US$4,7 miliar.  Nilai ekspor produk kayu yang mencapai US$5 miliar merupakan rekapitulasi dari 64.682 dokumen ekspor V-Legal dari 69 pelabuhan muat di Indonesia. Merujuk data Kemenhut, lima negara tujuan ekspor produk kayu terbesar, yakni China US$1,40 miliar, Jepang US$874,81 juta, Korea Selatan US$378,22 juta, Amerika Serikat US$340,69 juta, dan Australia US$194,02 juta. Adapun ekspor kayu ke kawasan Asia tercatat mencapai lebih dari 75% atau US$3,79 miliar dari total nilai ekspor produk kayu asal Indonesia US$5 miliar. Produk kayu yang paling banyak diekspor Indonesia berupa panel, bubur kertas, kertas, kayu pertukangan, dan furniture. Nilai ekspor free on board (FOB) panel hingga 4 November 2013 mencapai US$2,17 miliar, bubur kertas US$1,53 miliar, kertas US$698,67 juta, wood working US$538,39 juta, dan furniture US$38,32 juta. 
            Kayu yang ditebang dari pohonnya, dapat diolah kedalam berbagai bentuk. Hasil olahan kayu ini nilai ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun dan juga di ekspor dari Indonesia ke Negara-Negara lain. Contohnya :
1. Veneer, adalah lembaran kayu tipis yang dihasilkan dari penyayatan kayu massif. 
2. Plywood, terdiri dari susunan yang bersilangan serat. 
3. Block Board, adalah plywood yang bagian tengahnya dari batang kayu massif yang disusun sedemikian rupa. 
4. Particle Board, adalah kayu olahan yang dibuat serpihan- serpihan kecil dicampur dengan bahan pengikat yang dipres. 
5. Medium Density Fibre (MDF), adalah produk olahan dari serat-serat kayu berbentuk bubur yang dipres.

Berikut adalah jenis kayu yang paling diminati dan daerah asal kayu.

No.
Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Nama-Nama Daerah
1.
Agathis spp.
Damar (Jw.), dama (Slw.), damar bindang (Klm.), damar sigi (Smt.). (Ingg.): kauri pine.
2.
Kayu besi, bulian, kokon
3.
Lontar kuning
4.
Shorea spp. (mis. S. kunstleri King, S. laevis Ridley, S. laevifolia Endert); Hopea spp. (mis. H. celebica Burck, H. semicuneata Sym.)
Benuas, balau mata kucing, hulo dereh, puguh, jangkang putih, kerangan (Smt.), bubuh (Bk.)
5.
Araucaria spp. (mis. A. cunninghamii D. Don, A. hunsteinii K.Schum.)
Alloa, ningwik, pien (Pap.). Ingg.: araucaria.
6.
Durio spp. (terutama Durio carinatus Mast.); Coelostegia spp.
Durian burung, lahong, layung, apun, begurah, punggai, durian hantu, enggang
7.
Linggota, sono sungu, sonobrits
8.
Jati seberang, Jati londo
9.
Swietenia spp.; mis. S. macrophylla King, S. mahagoni (L.) Jacq.
Mahoni
10
Dryobalanops spp. (di antaranya D. oblongifolia Dyer, D. sumatrensis (Gmelin) Kosterm.)
Kamper (kayu), kayu kayatan, empedu, keladan
11.
Dryobalanops oblongifolia Dyer
Kapur guras (Smt.), kapur paya (Mly.), kelansau (Swk.)
12.
Michelia spp., Elmerrillia spp.
Minjaran, Wasian, Manglid, Sitekwok, Kantil (Jw.), Capuka
13.
Dipterocarpus spp. (mis. D. applanatus V.Sl., D. baudii Korth., D. elongatus Korth. dll.)
Keruing arong, kekalup; Lagan sanduk, mara keluang; Keruing tempudau; tempurau, merkurang, kawang, apitong
14.
Cordia spp.
Kendal, Klimasada, Purnamasada
15.
Sindora spp.; mis. S. bruggemanii de Wit, S. coriacea Maing., S. wallichii Graham
Sepetir (Mly.), sasundur (Klm.), mobingo (Slw.)
16..
Cordia spp.
Kendal, Klimasada, Purnamasada
17.
Sintuk, sintok lancing, ki teja, ki tuha, ki sereh, selasihan
18.
Shorea spp. (di antaranya: S. acuminatissima Sym., S. balanocarpoides Sym., S. faguetiana Heim, S. gibbosa Brandis, Shorea scollaris V.Sl.;
Damar hitam, damar kalepek; Damar hitam katup; Bangkirai guruk, karamuku; Damar buah, mereng-kuyung; Damar tanduk. Ingg.: yellow seraya.
19.
Shorea spp. (di antaranya: S. johorensis Foxw., S. lepidota BI., S. leprosula Miq., S. ovalis BI., S. palembanica Miq., S. platyclados V.Sl. ex Foxw., S. leptoclados Sym., dll.)
Majau, meranti merkuyung; Meranti ketrahan; Meranti tembaga, kontoi bayor; Meranti kelungkung; Tengkawang majau; Banio, ketir; Seraya merah, campaga, lempong, kumbang, meranti ketuko, cupang. Ingg.: red seraya, red lauan.
20.
Shorea spp. (di antaranya: S. assamica Dyer, S. bracteolata Dyer, S. javanica K. et. Val., S. lamellata Foxw., S. ochracea Sym., S. retinodes V.SI., S. virescens Parijs, S. koordersi Brandis, dll.)
Damar mesegar; Bunyau, damar kedontang; Damar mata kucing, damar kaca, damar kucing; Damar tunam, damar pakit; Damar kebaong, baong, bayong, baung, belobungo, kontoi tembaga; Balamsarai, damar mansarai; Damar maja, kontoi sabang; Kikir, udang, udang ulang, damar hutan, anggelam tikus, maharam potong, pongin, awan punuk, mehing (Smt., Kal.); Damar lari-lari, lalari, temungku, tambia putih (Slw.), Damar tenang putih, hili, honi (Mlku.). Ingg.: white meranti.
21.
Hopea spp. (mis. H. dasyrrachis V.Sl., H. dyeri Heim, H. sangal Korth., dll.)
Tekam, tekam rayap; Bangkirai tanduk, emang, amang besi; Cengal, merawan telor; Ngerawan, cengal balau
22.
Intsia spp. (terutama I. bijuga O.K., I. palembanica Miq.)
Merbau asam, ipi (NT.), kayu besi (Papua); Ipil, anglai, maharan; Tanduk (Mlku.)
23.
Anisoptera spp. (mis. A. laevis Ridl., A. marginata Korth., A. thurifera Bl.)
Cengal padi, damar kunyit; Masegar (Smt.), ketimpun (Klm.), mersawa daun besar; tabok, tahan
24.
Palaquium spp., Payena spp., Madhuca spp.
Suntai, balam, jongkong, hangkang, katingan, mayang batu, bunut, kedang, bakalaung, ketiau, jengkot, kolan
25.
Suren, kalantas
26.
Calophyllum spp.; mis. C. calaba L., C. inophyllum L., C. papuanum Lauterb., C. pulcherrimum Wall.ex Choisy, C. soulattri Burm.f.
Bintangor, penaga; Nyamplung; Sulatri; Bunoh, bintangur bunut
27.
Balang, Walang, Wadang, Wayu
28.
Alstonia spp. (di antaranya A. pneumatophora Back., A. scholaris R.Br., A. spatulata Bl., A. macrophylla Wall., A. spectabilis R.Br.)
Kayu gabus, rita, gitoh, bintau, basung, pule, pulai miang. Ingg.: white cheesewood, milkwood, milky pine.


Referensi