Saya akan meriview mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan 2 yang akan membahas mengenai salah satu rasio yang bisa dijadikan tolak ukur likuiditas dalam bank yaitu Loan to Debt Ratio (LDR).
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat perantara antara
pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tugas
utama bank adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dananya
kepada masyarakat juga. Bank biasanya menghimpun dana dari masyarakat dengan menerima
deposit dari masyarakat, dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau kredit.
Pendapatan sumber utama bank berasal dari penyaluran pinjaman atau kredit ke
masyarakat yang dimanakan dengan interest
spread.
Pemberian kredit kepada masyarakat memiliki konsekuensi dalam
besarnya resiko yang akan ditanggung oleh bank dibandingkan dengan konsekuensi
dalam menghimpun dana dalam bentuk deposit. Dalam pemberian kredit, bank harus
memperhatikan salah satu rasio keuangan yang
bisa dijadikan tolak ukur dalam likuiditas bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan
jumlah dana, yaitu Loan to Debt Ratio
(LDR). Menurut Achmad dan Kusno, 2003 rasio
LDR ini menunjukan kemampuan bank didalam menyediakan dana kepada debiturnya
dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dikumpulkan dari
masyarakat.
Loan to Debt Ratio
ini memiliki tiga keadaan yang dapat dipilih sesuai bank. Jika bank memilih
keadaan ekspansif maka nilai LDR bank tersebut harus mencapai 110. Penjelasan berikut
dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini.
Jika Loan to Debt Ratio (LDR) tinggi, pemberian kredit tinggi dan
kebijakan ekspansif tinggi maka akan memperlihatkan Capital Adequacy Ratio ini akan tinggi, yang menjadikan bank
tersebut harus memiliki modal yang cukup.
Bank tentunya ingin mendapatkan keuntungan atau profit yang tinggi.
Dalam menghitung profit ada dua elemen yang harus dihitung, yaitu revenue dan cost. Alternatif yang harus dilakukan bank jika ingin mendapatkan
profit yang tinggi maka bisa dilakukan dengan dua cara yaitu, menaikan revenue nya yang dikenal dengan nama
optimalisasi dan dengan menurunkan cost
nya yang dikenal dengan nama efisiensi. Jika dituliskan dalam bentuk rumus
untuk profit adalah sebagai berikut.
1.
Interest
spread income, yang akan didapat dari selisih bunga pemberian
kredit.
2.
Fee
based income, yang akan didapat dari penjualan atau pemberian
jasa kepada customer, dan ini dinamakan dana pihak ketiga, seperti :
·
Kliring
·
Valas
·
Transfer
·
Safe deposit box
·
Inkom
·
LC dan BG
Fee
based income ini akan memaksimalkan deposit untuk mengatur
beberapa kredit yang harus diambil.
Didalam kenyataannya, kedua elemen
revenue ini yaitu interest spread
dengan fee based income sering integrasi data base dengan fasilitas dan
kemudahan dari perkembangan teknologi informasi (IT).
Tidak hanya revenue saja yang memiliki elemen yang bisa mempengaruhi nilai
profit, melainkan cost juga memiliki
elemen yang dapat menurunkan cost,
yaitu dengan cara menyentuh kegitan operasional bank. Kegiatan operasional ini
adalah kegiatan atau aktifitas yang biasa dilakukan sehari-harinya, yaitu
dengan cara :
1.
Mempergunakan fasilitas yang memberikan
kemudahan yaitu teknologi informasi (IT).
2.
Memperiapkan human resources atau biasa yang dikenal dengan nama human capital. Yang dimaksudkan dengan
human capital ini adalah orang yang memiliki kemampuan, keahlian, pengetahuan
yang banyak sehingga dapat menunjang jenis pekerjaan apapun. Human capital ini
dalam bank atau perusahaan dinilai sebagai asset yang berharga.
Penggunaan teknologi informasi (IT) dalam bidang apapun sangat
membantu sekali, terutama dalam dunia perbankan. Misalkan saja dengan adanya penggunaan
IT ini, dikeluarkan ATM yang memudahkan dan menghemat waktu dalam transaksi
bank dan bisa menghemat teller yang ada.
Teori IT yaitu productivity paradox mengatakan bahwa berinvestasi
dalam bidang IT itu bors. Teori ini dapat dipatahkan, bila investasi IT ini
diimplementasikan dibidang yang sesuai. Bidang yang sesuai ini adalah bidang
keuangan seperti bank karena di dalam dunia keuangan ini berguna untuk orang
banyak.
Setelah membahas mengenai LDR, sekarang saya akan membahas
mengenai likuiditas yang dapat mempengaruhi Legal
Reserve Requirement (LRR) dan dampaknya ke saldo rekening koran yang ada di
BI. Dalam LRR ini terdapat dua isu yaitu :
Kedua isi tersebut RR dan ER harus dioptimalkan, jika keduanya
digabung namanya akan menajadi saldo rekening koran pada Bank Indonesia.
Kondisi
R/K pada BI
|
Yang
Terjadi
|
Keterangan
|
Menaik
|
Banyak dana
yang unloanable fund
|
Aman terhadap
likuidasinya
|
Menurun
|
Banyak dana
yang loanable fund
|
Setelah membahas LDR dan likuiditas, sekarang kita akan membahas
jenis pekerjaan yang karyawannya bekerja untuk mencari ide dan menyusun rencana
untuk mencari sumbangan, seperti customer
wallet share dan konglomerasi. Berikut
adalah contoh dari konglomerasi.
IPO saham adalah tempat penjualan dimana Bank Siti menjual
sahamnya, sehingga nama Bank Siti sudah menjadi Bank Siti Tbk.
Bank Siti yang memberikan kredit kepada PT. X dan Setra Company.
Bank Siti juga membeli obligasi dari perusahaan asuransi bernama PT. ZK karena
peluang di PT tersebut besar, sehingga namanya berubah menjadi PT. Siti ZK.
Sentra Company yang menerima kredit dari Bank Siti dan memberikan
bunga pinjaman kepada Bank Siti. Sentra Company juga menjual sendiri sepeda
motor yang dijual kepada masyarakat secara tunai, tapi jika penjualan dilakukan
secara tunai saja, Sentra Company hanya bisa mendapat keuntungan yang sedikit. Sehingga,
Sentra Company melakukan kerja sama dengan PT. X Leasing untuk menjual sepeda
motornya secara kredit.
PT. X Leasing yang menerima kredit dari Bank Siti dan memberikan
bunga pinjaman kepada Bank Siti. PT X Leasing juga membantu Sentra Company
untuk menjual sepeda motornya kepada masyarakat secara kredit dan juga
dilindungi dengan asuransi. PT. X Leasing juga bekerja sama dengan pihak
asuransi yang bernama PT. Siti ZK dengan membayar premi 2.000. Ternyata
konsumen dari PT. X Leasing ini mengalami kecelakaan yang membuat konsumennya
meninggal, karena ditanggung oleh asuransi PT. Siti ZK, maka PT. Siti ZK harus
membayar biaya penangguhan kepada korban sebesar 2.000.000.
Perusahaan asuransi bernama PT. Siti ZK harus membayar uang tanjungan
kepada korban sebesar 2.000.000. Karena ketidakmampuan PT. Siti ZK untuk
membayar uang penangguhan kepada korban sebesar 2.000.000 maka PT. Siti ZK bekerja
sama dengan asuransi yang lebih besar yaitu PT. LK. PT. LK harus menanggung
uang penangguhan 8.000.000 dengan premi 8.000. Proses ini disebut reasuransi.
PT. LK pun mengiyakan untuk bekerja sama dengan PT. Siti ZK. Akan
tetapi PT. LK pun tidak mampu juga untuk menanggung uang penangguhannya,
sehingga PT. LK bekerja sama dengan asuransi yang lebih besar lagi yang
cakupannya sudah internasional yaitu PT. OP. Proses ini dinamakan retrosesi.
PT. OP pun bersedia membantu PT. LK, sehingga PT. LK hanya
menanggung uang penangguhan 2.000.000 dengan premi 2.000 dan PT. OP hanya
menanggung uang penangguhan 8.000.000 dengan premi 8.000. PT. OP pun memutar
otak untuk bisa menutupi modal dan membayar biaya penangguhannya, sehingga PT.
OP membuat tiga perusahaan anak yaitu PT. ML, PT. KX dan PT. FG dan membeli
saham Bank Siti Tbk di IPO masing-masing sebesar 25%, 20%, 15%. Jika dijumlahkan total saham perusahaan anak
PT. OP sebesar 60% dan sudah melebihi 50%, sehingga PT. OP ini menjadi perusahaan
pengendali atau kepemilikian mayoritas atas saham Bank Siti Tbk.